Jakarta, 28 April 2016 – PT Generasi Digital Internasional (GDILab) berkolaborasi dengan Young On Top (YOT) sebagai Event Organizer kembali menghelat sharing session yang berlangsung setiap bulannya yaitu Startup Connext. Di bulan April ini, tema yang diusung adalah “How Digital Can Scale Up Your Bussiness” , berlokasi di FX Sudirman Jakarta Pusat, mulai pukul 18.00 WIB.
Menghadirkan tiga narasumber yang bergerak di dunia digital yakni, Laura Khairunnisa (Sales & Marketing Manager GDILab), Dwi Adriansah (Head of Business Development South-East Asia Twitter), dan Pandu Sastrowardoyo (Managed Services Provider Territory General Manager IBM Indonesia).
Saat ini bisnis berbasis digital sudah semakin marak. Hampir semua proses bisnis dilakukan menggunakan teknologi digital. Salah satu fakta terbaru bahwa generasi milenial sudah semakin mahir memaksimalkan digital untuk mengembangkan bisnis mereka. Melalui ide dan kreativitas yang terus di-upgrade serta memaksimalkan penggunaan teknologi digital, bisnis mereka semakin berkembang pesat.
Di sisi lain, terdapat beberapa kendala di mana masih terdapat anak muda yang merasa bingung harus memulai dari mana untuk menekuni bisnisnya menggunakan teknologi digital. Meski tak dapat dipungkiri melek digital merupakan hal yang dibutuhkan dalam berbisnis kedepannya.
“Sekarang ini, jumlah pemilik smartphone lebih banyak dari pemilik sikat gigi. Jika zaman dulu orang menggunakan komputer, kini komputer sudah tergantikan dengan komputer kecil yang ada di kantong kita,” kata Pandu, memberikan gambaran mengenai banyaknya orang yang sudah fasih dengan teknologi.
Menurut Pandu, revolusi telah terjadi dalam bisnis dunia information technology (IT). Sejumlah klien menggeser IT kepada third-parties, di mana banyak perusahaan yang telah menggunakan layanan cloud terbuka. Untuk membangun cloud, penting untuk memiliki infrastruktur yang tepat. Oleh karena itu, Pandu mengenalkan IBM Blue Mix, sebuah layanan cloud yang dapat mengatur data dan aplikasi, sebagai sebuah solusi yang bisa menjawab permasalahan banyak orang.
Dunia digital juga tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Jumlah pengguna media sosial yang besar membuat pelaku bisnis tidak bisa mengabaikan data yang terdapat di media sosial untuk memperoleh digital market insight. Oleh sebab itu, Laura mengajak para peserta untuk membahas bagaimana pelaku bisnis dapat memajukan brand-nya melalui social media analytics. “80% data di dunia adalah unstructured data yang berasal dari media sosial, di mana orang bisa berbicara jujur mengenai apa saja termasuk brand, produk, dan layanan. Perusahaan-perusahaan besar pun telah memanfaatkan big data tersebut untuk melihat peluang.”
Berangkat dari hal tersebut, Laura mengenalkan GDIAnalytics, produk dari GDILab, yang sudah menangani sejumlah perusahaan besar namun memiliki fokus yang sangat tinggi kepada pelaku bisnis dan UKM. “Terkadang, pelaku bisnis dan UKM masih berasumsi ketika mengeluarkan suatu produk. Misalnya, saat berbisnis pakaian, mereka ingin memproduksi warna biru, dengan asumsi bahwa warna biru sedang digemari. Padahal, analisa data di media sosial mengatakan sebaliknya,” jelas Laura. “Data di media sosial adalah peta yang membantu kita agar tidak salah dalam berstrategi, karena kita akan diarahkan untuk mengeluarkan produk yang tepat sasaran.”
GDIAnalytics mampu menganalisa performa tiga media sosial sekaligus, yakni Facebook, Twitter, dan Instagram. Dengan tools ini, para pelaku bisnis bisa mendengarkan percakapan dan opini yang berlangsung di media sosial sehingga dapat membantu mereka menemukan ide dalam memasarkan produk. GDIAnalytics juga mampu menyajikan data mengenai kapan waktu terbaik untuk mempublikasikan konten di media sosial, mengukur efektifitas campaign, dan menemukan influencers yang bisa membantu brand mencapai target jumlah pengguna produk. Tidak ketinggalan juga, para pelaku bisnis bisa mengetahui performa kompetitor melalui penggunaan GDIAnalytics. “Sebagai pelaku bisnis, kita tentunya harus aware dengan apa yang kompetitor kita lakukan,” tambah Laura.
Twitter, salah satu media sosial yang terdapat dalam produk GDIAnalytics, merupakan sumber berita yang sifatnya real time. Hal ini disampaikan oleh Dwi Adriansah atau yang akrab disapa Ade. “Twitter menjadi satu-satunya media sosial di mana banyak orang bisa membicarakan berbagai macam hal kemudian bisa menjadi trending topic. Pengguna dari berbagai bidang kini ada di Twitter. Mulai dari influencers, pelaku dunia entertainment, hingga Pemerintah,” kata Ade.
Engagement antara konsumen dan brand juga terjadi di Twitter. Banyak yang menggunakan Twitter sebagai customer service karena Twitter dianggap sebagai jalur mudah dan praktis bagi konsumen untuk bertanya atau menyampaikan keluh kesahnya kepada sebuah brand. “Apapun yang terjadi di dunia, terjadi juga di Twitter. Bahkan, kita bisa melihatnya sambil main Xbox,” jelas Ade. “Twitter menjadi kanvas yang bisa dilukis lebih dari sekedar 140 karakter. Kini Twitter memiliki fitur yang dirancang untuk customer care.”
Startup Connext yang dihadiri sekitar 50 peserta ini ditutup dengan sesi networking antara peserta dan para speaker. Apapun bisnis yang sedang kita jalani saat ini, pemanfaatan teknologi digital dengan cara yang tepat dapat meningkatkan performa bisnis sesuai dengan target yang kita pasang. Kuncinya, jangan cepat menyerah jika mengalami kegagalan. Seperti yang dituturkan oleh Pandu, “Kita bisa menjadi sangat kreatif dan memiliki banyak ide. Namun jika dalam implementasinya tidak berjalan sesuai harapan, jadilah fleksibel untuk kemudian menjadi kreatif kembali.”
Tentang GDILab
GDILab merupakan perusahaan startup teknologi yang bergerak dalam bidang social media analytics. Dengan produk GDIAnalytics, Social Intelligence Platform untuk Facebook, Twitter, dan Instagram, GDILab berfokus pada pemberian solusi terbaik untuk perusahaan, pelaku bisnis, dan pelaku UKM, dalam merancang strategi pemasaran melalui analisa media sosial.